Jumat, 02 November 2007

Pelayanan Doa untuk Adik Asuh

Mengutip kata-katanya alm. Pdt. Eka Darmaputera, "Doa itu bukan 'cuma'". Jadi jika kita berdoa.. kita bukan 'cuma' berdoa.. karena berdoa lebih dari sekedar cuma. Tim Pelayanan Adik Asuh sangat menghargai dan berterima kasih setiap orang yang selama ini meluangkan waktunya berdoa bagi pelayanan kami, berdoa bagi setiap kakak asuh, setiap adik asuh dan program-program pelayanan yang ada. Kami percaya bahwa kekuatan 'DOA' dari semua pihak adalah salah satu alasan pelayanan ini bisa terus ada.

Secara khusus, kami mengundang semua orang yang tergerak hatinya dan rindu mendoakan pelayanan ini untuk bersatu hati SETIAP JUMAT malam mendoakan pelayanan adik asuh. Pokok doa akan kami usahakan untuk selalu di update via milis adik asuh maupun via blog ini.

Tuhan memberkati!

Things I Learnt from Sarah (2)


Hari ini jalan-jalan untuk bersilahturahmi ke rumah adik-adik asuh yang merayakan Idul Fitri. Pertama-tama ke tempatnya Dicky, kemudian ke tempat Sarah, dan ke rumah-rumah lainnya. Seharian penuh. Capek! Waktu tiba di rumah Sarah, kami menghabiskan waktu bercakap-cakap dengan ibunya.

Dengan wajah berseri-seri, ibu Sarah bercerita bahwa ia sangat bangga dengan perkembangan anaknya saat ini, sebelumnya ia tidak pernah berpikir bahwa Sarah bisa sedemikian ‘pandai’ seperti saat ini. Ia berterimakasih karena Sarah dan adik-adiknya boleh menjadi bagian dari pelayanan kami dan bahwa ia bisa merasakan kebaikan dari kesempatan Sarah bersama kami.

Tiba-tiba aku berpikir, alangkah berdosanya aku jika begitu cepat menyerah menghadapi Sarah atau adik-adik lainnya. Kacamata yang digunakan untuk melihat mereka seharusnya adalah kacamata kasih. Bukan sekedar prasyarat-prasyarat pendidikan formal yang harus dicapai tetapi juga menghargai setiap detail proses yang ada di dalamnya, karena Tuhan-nya dan Tuhan-ku mengatakan:

“Sebab Engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau”

Seharian penuh bersentuhan dengan kehidupan langsung adik-adik asuh adalah pengalaman berharga bagiku dan bagi kakak-kakak asuh yang lain. Satu kebahagiaan melihat sinar pengharapan di mata keluarga-keluarga mereka sekaligus satu kesadaran mengenai apalah artinya kami dan betapa kecilnya hal yang dapat kami lakukan bagi pergumulan mereka yang besar jika bukan Tuhan saja yang berkarya!!

Tuhan jadikan kami alat kasih-Mu!

Minggu, 14 Oktober 2007
GS

Things I Learnt from Sarah (1)

Hari itu aku kebagian mengajar Sarah, just Sarah, dan ini interaksi langsung pertamaku dengan Sarah.

Sekilas mengenai Sarah: adik asuh yang satu ini baru bergabung dalam pelayanan adik asuh kurang lebih setahun terakhir, itupun fluaktuasi kehadirannya timbul tenggelam. Kelas 6 SD. Bukan jenis yang suka tampil ke depan, bukan pula yang menarik diri dan minta perhatian ekstra. Sarah ya Sarah, dia hanya seperti Sarah yang adalah Sarah, tidak memiliki suatu ketertarikan atau penolakan tertentu yang kuat, dia hanya Sarah yang menanti dengan tatapan yang kadang-kadang kosong sehingga membuatku sulit memasuki alam pemikirannya.

”Oke Sarah, sebelum kita mulai belajar, aku ingin tahu sampai dimana pelajaranmu di sekolah?”, lalu Sarah membolak-balik buku Matematikanya. ”Bilangan bulat dan faktorisasi prima?”, ”Sudah kak”, ”Celcius, Farenheit, Rehmur?”, ”Sudah kak”, ”Oh good! Terakhir itu yang kakak ajarkan buat Mila”.

”Saya tidak mengerti yang ini, kak!”, jarinya menunjuk pada pelajaran tentang pengukuran bangun ruang. Aku mengambil sebuah kotak dan menunjuk apa yang disebut ’rusuk’, ’sisi’, ’panjang’, ’lebar’, ’tinggi’. Sarah kebingungan. Aku menunjuk bidang persegi panjang dan menanyakan bagaimana ia dapat mengetahui luasnya. Sarah semakin kebingungan. Oh no! Naga-naganya ada yang salah!

Jadi, aku tinggalkan pelajaran tentang bangun ruang dan beralih ke pelajaran sebelumnya yaitu bangun datar!

Untung saja hari itu persediaan kesabaranku sedang melimpah ruah. Aku tidak bisa membayangkan anak kelas 6 SD yang sebentar lagi akan ujian tidak tahu bagaimana mengukur luas persegi empat, bahkan juga tidak tahu mana yang disebut panjang dan mana yang disebut lebar. Herannya, bangun datar masih nol besar sudah minta diajari mengenai bangun ruang. Ampun deh! Untungnya setelah dua jam yang sangat melelahkan, Sarah mulai memahami mengenai berbagai bangun datar dan tahu cara menghitung luasnya walaupun harus berkali-kali melihat contoh.

Tetapi hari itu, bukan cuma Sarah yang belajar. Aku juga belajar.
Bukankah Sarah hanya potret diriku sendiri?! Bukankah aku sering meminta pada Sang Mahaguru Kehidupan untuk memberikan aku sesi yang lebih ’advanced’, aku selalu merasa sudah katam pada pelajaran-pelajaran hidup kelas ’elementary’ dan ’intermediate’ padahal ketika diuji, aku harus kembali dan kembali lagi dari awal karena Sang Mahaguru lebih tahu apa yang kuperlukan.

So, terima kasih Sarah untuk kesempatan belajar tentang kehidupan!

Sabtu, 3 Oktober 2007.
GS